Dr. I Made Titib:
"Hindu Dilecehkan, Weda Dikatakan Bukan Wahyu"
Sudah sering ada pernyataan, semua ajaran yang ada di tempat lain,
ada di Weda. Namun tidak semua yang ada di Weda, ada di tempat lain. Tetapi ironisnya,
banyak pemeluk Hindu disebut-sebut kurang memahami ajaran agamanya. Dalam praktek
kehidupannya, perilakunya, baik secara individual maupun berkelompok, juga dinilai sering
menyimpang dari ajaran agama.
Salah satu contoh, masih diperkenankannya tajen dengan lebel
tabuhrah. Tajen yang tergolong judi itu sudah jelas menyimpang dari ajaran Hindu. Inilah
akibat dari tradisi yang salah, karena sudah terlalu lama umat Hindu "melupakan"
kitab Weda. Karena itulah, Dr. I Made Titib, pakar Weda yang kini jadi dosen Sekolah
Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar, menyambut baik usaha menerjemahkan secara komplit
kitab suci Weda itu. Berikut perbincangan Redaktur Pelaksana Raditya, Arya Susila, dengan
Made Titib:
Di antara umat beragama, umat Hindu dinilai sangat tertinggal,
padahal Hindu dinyatakan sebagai agama tertua dan terlengkap.
Saya melihat, umat Hindu mulai bangkit dan sadar untuk mendalami
ajaran agamanya. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mana-mana di belahan dunia ini.
Bahkan yang menarik, banyak umat lain mempelajari Hindu. Tidak sedikit orang Barat datang
ke India untuk belajar agama Hindu. Awalnya, mereka tertarik mempelajari dan
memperaktekkan ajaran yoga melalui bimbingan para yogi, sadhu atau swamiji. Setelah
mengenal yoga, mereka lalu tertarik mempelajari agama Hindu dan akhirnya menjadi penganut
Hindu yang taat.
Kegairahan umat Hindu di Indonesia?
Di Indonesia, kegairahan umat mempelajari agamanya juga dapat saya
rasakan. Kebangkitan itu saya lihat terjadi di kalangan cendekiawan dan generasi muda yang
masih menuntut ilmu di bangku perguruan tinggi. Kaum muda Hindu tampak kian kritis
lantaran ada berbagai tantangan. Kita tahu kan, agama Hindu sering dilecehkan atau sengaja
didiskreditkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan tertentu. Kitab suci Weda
misalnya dikatakan bukan wahyu, tapi karya manusia. Kitab Weda dikatakan hanya untuk
golongan Brahmana saja. Catur Warna diselewengkan menjadi kasta. Teologi Hindu dikatakan
tak jelas. Hindu dicap sebagai agama yang polyteisme.
Apa memang teologi Hindu tidak jelas?
Teologi Hindu sangat kaya dan luas. Tuhan Yang Maha Esa disebut
dengan ribuan nama. Tuhan dipahami sebagai yang berwujud dan tidak berwujud. Umat Hindu
kaya terhadap jalan pemahaman dan pendekatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kita mengenal
jalan bhakti, Karma, Jnana, Yoga Marga.
Saat ini, masih ada pendapat, agama hanya pantas dipelajari
kalangan tertentu. Misalnya, seorang bengkel mobil, buat apa mempelajari agama. Begitu
pula sopir taksi. Yang mereka butuhkan keahlian di bidang mesin dan kepiwaian menyetir.
Pendapat itu keliru. Setiap umat Hindu dalam profesi apapun sangat
perlu mendalami agama dan dituntut untuk mengamalkan ajaran agamanya sesuai dengan profesi
dan kewajibannya itu. Pemahamannya yang mantap terhadap ajaran agama akan lebih
memantapkan pengalamannya. Dengan demikian, berarti pula meningkatkan kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah. Sebab, agama Hindu memberikan motivasi yang kuat untuk bekerja
keras sesuai dengan swadarma masing-masing.
Saat ini banyak kelompok-kelompok spiritual tumbuh. Orang sering
menilai, kelompok itu sebagai aliran kepercayaan. Apakah ini berarti pembinaan agama
kurang berhasil?
Ciri khas Agama Hindu adalah memperkenalkan kebebasan mutlak
terhadap pikiran rasional manusia. Hindu tidak pernah menuntut suatu pengekangan yang
tidak semestinya terhadap kemerdekaan dari kemampuan berpikir, perasaan dan pemikiran umat
manusia. Hindu memperkenalkan kebebasan yang paling luas dalam masalah keyakinan dan
pemujaan. Hindu adalah suatu agama pembebasan. Ia memperkenlkan kebebasan mutlak terhadap
kemampuan berpikir manusia dengan memandang pertanyaan-pertanyaan yang mendalam terhadap
hakikat Tuhan Yang Maha Esa, jiwa penciptaan, bentuk pemujaan dan tujuan kehidupan. Hindu
tidak bersandar pada satu doktrin atau dogma atau bentuk-bentuk pemujaan tertentu. Segala
macam keyakinan, bermacam-macam bentuk pemujaan atau sadhana, bermacam-macam ritual,
semuanya memperoleh tempat yang terhormat. Karakteristik atau ciri lainnya adalah,
kebebasan untuk memuja salah satu manifestasi Tuhan sesuai penjelasan Weda atau sastra
Hindu lainnya.
|