KETIKA seseorang dengan susah payah mencari lubang untuk melihat
sesosok tubuh perempuan sedang mandi di kamar mandi, sesungguhnya orang itu sedang dipicu
oleh dorongan rasa ingin tahu. Ia ingin mendapatkan pengalaman estetik yang dipancarkan
oleh energi tubuh perempuan itu. Jika kemudian pengalaman estetik itu terakumulasi dalam
ungkapan "aku mencintaimu" yang diperuntukkan buat perempuan itu, maka ia
akan dapat mengalami energi yang luar biasa dari dalam tubuhnya sendiri. Sementara tubuh
perempuan itu adalah realita yang luar biasa (dalam tanda kutip, boleh jadi bukan luar
biasa bagi orang lain), yang memberi energi pada kata-kata cintanya itu.
Peristiwa semacam itu hanyalah aktualisasi
pengalaman yang elementer. Mungkin begitu pengandaian kita terhadap situasi kehidupan
supranatural, wilayah yang sangat dekat dengan perdukunan, paranormal, yang selama ini
terkesan menutup diri yang selalu saja menyisakan keterpesonaan, keraguan, terkadang
keheranan.
Kening seperti dipaksa berkernyit lantaran ingin
tahu yang tidak dapat diwujudkan dalam realitas pengalaman yang kasat mata. Panca indera
kita yang kurang tajam dan peka, tidak cukup kuat untuk membantu kita menemukan jawaban
atas berbagai keheranan semacam itu.
Entah mengapa tidak ada dukun, paranorrnal dan
pengamat supranatural yang bermurah hati memberikan informasi masuk akal, yang memberi
pencerahan agar rasa ingin tahu kita terasa terpuaskan. Celakanya, malah ada sementara
pihak yang merawat rasa penasaran kita, semata-mata supaya rasa pensaran bisa
dibudidayakan menjadi semacam ladang untuk memenuhi kebutuhan material yang sesungguhnya
tidak terbatas. Selubung rahasia supra-natural lalu menjadi semacam komuditas orang modern
juga.
Juga tubuh manusia, apalagi tubuh perempuan telah
menjadi mitologi modern yang ditransmisikan melalui berbagai media publik. Transmisi itu
menggeser persepsi kita mengenai tubuh, yang semula ditabukan untuk melihat tubuh orang
lain, apalagi tubuh yang bukan istd kita, kini dibebaskan untuk memelototinya, bila perlu
melakukan kontak seksual melalui ilusi ketika memelototinya melalui layar kompuiter atau
internet.
Ketelanjangan itu pun belum mengurangi rasa ingin
tahu kita mengenai tubuh, karena masih ada energi lain dari dalam tubuh berikut zat-zat
yang dikandunginya, yang menjadikan kita seorang penonton yang memiliki rasa ingin tahu,
yang tidak terpenuhi.
Bila dorongan rasa ingin tahu itu datang
menggebu-gebu, silakan Anda membuka halaman TAkSU selanjutnya.