corner1.gif (273 bytes)
        



corner6.gif (591 bytes)
join.gif (2011 bytes)
Perkataan, Pemikiran dan Perbuatan Manusia Bali..!

Email Gratis

Media ini membantu Anda untuk memperoleh pesan-pesan rahasia tentang Bali. Silahkan daftar email Bali News.

Email Login
Password
New users
sign up!
   

.

toplogo1.gif (4428 bytes)


Berita Utama, Minggu ini

  

Simbol

Agama Hindu adalah agama yang penuh dengan simbol.Dan perjalanan agama Hindu ke berbagai penjuru dunia, me-nyerap banyak budaya-budaya lokal. Akibatnya, simbol-simbol pun beragam, mengadopsi simbol-simbol budaya setempat.

Itulah sebabnya, simbol-simbol agama Hindu di berbagai wilayah budaya, tidaklah sama.Ambil contoh sesaji. Antara umat Hindu di Bali dan Jawa, sudah ada perbedaannya, walau itu tipis dan masih kelihatan benang merahnya. Tetapi, antara Bali dengan Kaharingan, apalagi Tanah Toraja, sudah mulai perbedaannya jauh. Namun, kalau simbol itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa budaya masing-masing, esensinya tetap mengacu kepada ajaran Hindu.

Itu baru simbol yang menyangkut sesaji, sarana ritual. Belum yang menyangkut tempat pemujaan. Pura di Bali, mandir dan kuil di India, bale di Jawa, sudah nampak sekali bedanya. Belum lagi cara umat berpakaian ketika mengadakan upacara ritual itu. Di Bali lelakinya memakai kain, di Jawa juga pakai kain, tapi gayanya beda. Umum-nya di Bali pakai kancut, simbol keberanian dan kepahlawanan. Di Jawa tanpa kancut, rata saja, simbol kelemah-lembutan dan ketenangan. Belakangan anak-anak muda di Bali meniru gaya berkain lelaki Jawa, tanpa kancut, tetapi "anteng"-nya tetap dipakai, dan agak panjang ke bawah. Di beberapa tempat di Jawa, lela-kinya juga meniru destar Bali, tetapi masih ada bau-bau blang-konnya. Adapun umat India hampir mirip dengan umat Hin-du di Kaharingan (Kalteng) memakai celana dan baju kopyar panjang ke bawah.

Ada simbol yang universal, salah satu contohnya Omkara. Universal dalam hal makna, tetapi kaligrafinya ber-macam-macam. Ada ratusan ragam kaligrafi aksara suci OM ini, lebih-lebih ketika komputer menjanjikan variasi-variasi yang sangat mudah.

Kita kemudian dituntut untuk lebih arif memisah-misahkan, mana simbol yang lahir dari budaya yang diserap oleh agama Hindu, mana simbol yang justru lahir karena adat dan tradisi setempat, lalu mana simbol universal yang berlaku di seluruh pemeluk Hindu, di mana pun dia berada.

Sebagian umat di Bali -- karena begitu banyaknya simbol lahir dari budaya -- agak sulit memisahkannya dengan simbol universal yang biasanya sakral. Nah, di sini perlu majelis agama seperti Parisada segera memberi patokan, penerangan dan sosialisasi. Sayang, Parisada terlalu banyak diam, sehingga umat jadi mengambil langkah sendiri-sendiri. Ya, kalau visinya sama, kalau tidak? Ayo Parisada, bangunlah.

Putu Setia

  
Social Budaya
Adakah Setan dalam Hiduisme
Saraswati Mensyukuri Sumber Keweruhan
LPD Desa Adat Buduk, Pemberian Kredit tak dibatasi




 

balinewslogo.gif (1652 bytes)

Search
   
Porum Diskusi Bali News Click here

Politik
Ida Bagus Wesnawa, "Kepala Kita Sudah Terbakar"